Katak Dalam Tempurung adalah sebuah ungkapan atau sebutan untuk orang2 yang sangat kurang dalam mengamati dunia sekitarnya, dunia di luar dirinya, singkatnya orang2 yang hanya tau tentang dunianya sendiri. Alhasil, wawasannya jadi sempit, gak tau kanan kiri, alias
kuper. Dikiranya udah nyundul langit, padahal yang disundul cuma langit2 tempurung.
Banyak orang, hampir semua malah, menjadi katak dalam tempurung adalah satu hal yang sangat menakutkan. Ya jelas takut dibilang
kuper, takut dibilang ndak berwawasan, takut dibilang ndak pinter, dan sebagainya.
Lah sampeyan ndak takut to dibilang kaya' gitu juga?Ya takut to, jelas. Saya masih manusia, dan rasa takut seperti itu masih manusiawi. Jadi wajar kalo saya mengalami perasaan yang sama dengan panjenengan semua, soalnya saya manusia juga. Hanya saja, saat ini saya sedang menikmati ke-tempurung-an saya ini *mulai mbulet ini*.
Lah ini aneh ini. Lah wong dalam tempurung kok menikmati. Ndak salah ketik to sampeyan?Wogh, riwil banget yang tanya :D
Ndak kok. Saya ndak salah ketik. Saya juga lagi ndak salah minum obat. Saya memang lagi menikmati ketidaktauan saya akan dunia di luar diri saya. Tidak untuk semua hal memang. Tapi hanya untuk hal-hal yang sekiranya bisa mengubah jati diri saya. Daripada ikutan berubah, mending saya melindungi diri dengan tidak tau apa2 dulu. Sebelum saya bisa memastikan diri saya sendiri bahwa saya punya konsistensi terhadap prinsip saya dan tak mudah terbawa arus.
Bingung?! Sama.. *disambit batok*
Begini contoh gampangnya, kehidupan seorang blogger. Apa hayo rutinitas seorang blogger selain menulis? Pastilah rajin banget baca berita, perkembangan terkini, topik terhangat, dan yang jelas jalan2 blog alias
blogwalking. Kalo sudah sampe kata jalan2, sapa yang ndak suka? Liyat ini itu, beraneka warna dan rasa, euuww, menyenangkan sekali. Selain untuk sosialisasi terselubung, pasti untuk menambah wawasan, khasanah, dan referensi tentunya. Jelas, biar ndak jadi katak dalam tempurung.
Tapi, kalo saya kok beda ya?
Blogwalking adalah salah satu kegiatan yang saya senangi sangat, tentu karena alasan2 di atas tadi. Tapi lama2 bisa bikin identitas saya tergoyah. Mampir ke blog nya mbak
ini, wah bagus banget template nya, ikutan ah. Mampir ke blog nya mbak
itu, ya ampun keren banget tulisannya, nyontek gaya nya sedikit ah. Mampir ke blog nya mas
anu, gila ngocol banget bahasanya, kayaknya bagus juga kalo aku begini.
Mampir ke blog nya tante
ena, wediyaaann nyastra banget postingannya, besok nyoba2 puitis ah. Mampir ke blog nya mbah
nyentrik, buju buneng politiknya buuu' nggak kuattt, nulis politik boleh juga nih. Dan begitu seterusnya. Hingga menyebabkan saya mumet sendiri.
Mumet bukan karena kebanyakan pemandangan bagus dan inspirasi, tapi mumet gara2 liyat yang sempurna2. Jadi pengen kaya' begitu, jadi pengen kaya' begini, kaya' begono, duuuhhhh, jadi sedikit mengubah entitas saya sebagai pemilik tunggal blog pribadi saya dan segala isinya. Dengan demikian saya putuskan *halah bahasanya lho* untuk mengurangi aktifitas semacam ini, hingga saya benar2 mempunyai keteguhan prinsip dalam menulis. Hingga saya yakin jika saya melihat si A begini, si B begitu, saya ndak ikut2an begini begitu. Hingga saya bisa disebut sebagai penulis yang konsisten dan bertanggungjawab atas apa yang ditulisnya. Seperti kata
mastein, bahwa
menulis jauh lebih baik jika dari hati. Bukan mengikuti guideline, bukan juga meniru style orang lain. Dan itu sekarang yang berusaha saya raih. Menjadi apapun dari hati saya, bukan hasil menjiplak dan terbawa arus zaman.
Katak dalam tempurung tak selamanya memalukan dan menyiksa. Terkadang kita juga perlu di dalam dunia kita sendiri dulu untuk mengenal siapa kita yang sebenarnya. Sembari menyiapkan mental kita menghadapi dunia di luar tempurung kita dan dengan sadar diri kita tak akan terbawa oleh arusnya yang mengalir deras. Because We know who we are..